Profil Desa Srumbung

Ketahui informasi secara rinci Desa Srumbung mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Srumbung

Tentang Kami

Desa Srumbung adalah ibu kota kecamatan di jantung lereng selatan Gunung Merapi. Kehidupannya ditempa oleh dinamika vulkanik, menyeimbangkan peran sebagai pusat pemerintahan dengan ekonomi unik berbasis penambangan pasir dan pertanian salak pondoh yang su

  • Ibu Kota di Lereng Gunung Api

    Srumbung berfungsi sebagai pusat administrasi, ekonomi, dan pelayanan publik untuk seluruh kecamatan di lereng Gunung Merapi, sebuah peran vital di kawasan rawan bencana.

  • Ekonomi Dua Wajah Merapi

    Perekonomian desa secara fundamental ditopang oleh dua produk langsung dari aktivitas vulkanik: penambangan pasir dan batu secara masif, serta pertanian Salak Pondoh yang berkualitas tinggi berkat kesuburan tanahnya.

  • Komunitas Tangguh dan Sadar Bencana

    Masyarakat Srumbung telah mengembangkan budaya kewaspadaan dan resiliensi yang tinggi, hidup berdampingan dengan risiko erupsi melalui sistem mitigasi bencana yang terstruktur dan kearifan lokal.

XM Broker

Di lereng selatan Gunung Merapi yang megah dan tak pernah tidur, terdapat sebuah desa yang menjadi pusat kehidupan bagi puluhan ribu jiwa di sekitarnya. Desa Srumbung, yang menyandang nama yang sama dengan kecamatannya, bukanlah sekadar pemukiman di lereng gunung. Ia adalah sebuah ibu kota kecamatan yang unik, sebuah pusat administrasi dan ekonomi yang denyut nadinya diatur oleh ritme sang raksasa vulkanik. Kehidupan di sini adalah sebuah narasi agung tentang resiliensi, adaptasi dan kemampuan luar biasa untuk mengubah tantangan terbesar menjadi sumber kemakmuran.

Geografi, Wilayah, dan Demografi

Posisi geografis Desa Srumbung adalah esensi dari identitasnya. Terletak di ketinggian di lereng selatan Gunung Merapi, desa ini menjadi bagian dari Kawasan Rawan Bencana (KRB), sebuah realitas yang membentuk setiap aspek kehidupan warganya. Lanskapnya merupakan perpaduan antara pemukiman yang padat, lahan pertanian yang subur, dan lembah-lembah sungai dalam yang menjadi jalur aliran lahar.Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, luas wilayah Desa Srumbung ialah 3,52 kilometer persegi. Wilayah ini secara administratif terbagi menjadi sepuluh dusun. Batas-batas wilayahnya meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Desa Kemiren, sebelah timur dengan Desa Ngablak dan Desa Kaliurang, sebelah selatan dengan Desa Jerukagung, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Polengan.Data kependudukan BPS pada tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Srumbung sebanyak 5.589 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.588 jiwa per kilometer persegi, mencerminkan perannya sebagai pusat pemukiman dan aktivitas di Kecamatan Srumbung.

Ibu Kota di Lereng Raksasa: Pusat Pemerintahan dan Pelayanan

Sebagai ibu kota Kecamatan Srumbung, Desa Srumbung menjadi jangkar bagi stabilitas pemerintahan dan pelayanan publik di salah satu kawasan paling dinamis di Indonesia. Di desa inilah terkonsentrasi seluruh infrastruktur vital tingkat kecamatan: Kantor Camat Srumbung, Markas Kepolisian Sektor (Polsek) Srumbung, Markas Komando Rayon Militer (Koramil) Srumbung, serta Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Srumbung.Keberadaan fasilitas-fasilitas ini menjadikan Desa Srumbung sebagai pusat rujukan bagi warga dari 16 desa lainnya di Kecamatan Srumbung, terutama dalam situasi darurat. Fungsi ini menempatkan Desa Srumbung pada posisi yang sangat strategis dalam koordinasi mitigasi dan respons bencana di seluruh wilayah lereng Merapi sisi Magelang.

Ekonomi Dua Wajah Merapi: Berkah Pasir dan Manisnya Salak

Perekonomian Desa Srumbung adalah produk langsung dari Gunung Merapi, yang memberikan berkah dan tantangan dalam takaran yang nyaris seimbang. Pilar ekonomi pertama yang paling terlihat adalah industri penambangan pasir dan batu. Setiap kali Merapi erupsi, ia memuntahkan jutaan meter kubik material vulkanik berkualitas tinggi yang kemudian mengendap di dasar-dasar sungai. Material inilah yang menjadi "emas hitam" bagi warga Srumbung. Aktivitas penambangan pasir secara masif menjadi sumber pendapatan utama bagi ribuan orang, menciptakan rantai ekonomi yang kompleks mulai dari penambang, operator alat berat, hingga sopir truk dan pengusaha depo material.Pilar ekonomi kedua adalah pertanian, yang juga hidup dari kemurahan hati Merapi. Abu vulkanik yang kaya mineral telah menyuburkan tanah di Srumbung selama berabad-abad, menjadikannya habitat ideal bagi Salak Pondoh. Srumbung dikenal sebagai salah satu sentra utama Salak Pondoh berkualitas tinggi, dengan rasa manis dan tekstur renyah yang khas. Perkebunan salak yang terhampar luas menjadi wajah agraris desa ini, memberikan sumber pendapatan yang stabil dan berkelanjutan bagi para petaninya.

Hidup Berdampingan dengan Merapi: Resiliensi dan Mitigasi Bencana

Hidup hanya beberapa kilometer dari puncak salah satu gunung api paling aktif di dunia telah menempa masyarakat Srumbung menjadi komunitas yang luar biasa tangguh dan sadar bencana. Konsep mitigasi bukan lagi sekadar program, melainkan telah menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal.Desa ini berada di bawah pengawasan intensif dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Sirene sistem peringatan dini (EWS), rambu-rambu jalur evakuasi, dan tempat penampungan sementara (barak pengungsian) adalah bagian dari infrastruktur desa. Lebih dari itu, kekuatan utama mitigasi terletak pada kesiapsiagaan warganya. Kelompok-kelompok relawan Merapi yang terlatih, sistem ronda pemantauan, dan pengetahuan yang diwariskan turun-temurun tentang "tanda-tanda" gunung menjadi garda terdepan dalam menjaga keselamatan komunal.

Penutup: Komunitas Tangguh di Jantung Vulkanik

Desa Srumbung adalah sebuah anomali yang mengagumkan: sebuah pusat pemerintahan dan ekonomi yang beroperasi dengan normal di bawah bayang-bayang raksasa yang aktif. Desa ini adalah bukti paling nyata dari kemampuan adaptasi manusia. Masyarakatnya tidak hanya bertahan hidup dari kekuatan Merapi, tetapi justru berkembang pesat dengan memanfaatkan segala yang diberikannya—dari butiran pasir di sungai hingga nutrisi di dalam tanah. Desa Srumbung bukan hanya sebuah titik di peta lereng Merapi; ia adalah jantungnya, yang terus berdetak kencang mengikuti irama napas sang gunung.